Sebuah catatan dari Negeri Singa : Bag. 4

Singapura , 18 Agustus 2009 : Kisah Pilu TKW Indonesia

Pagi ini saya bangun, mandi dan sarapan roti bakar seperti biasa. Waktu sarapan, saya dapat teman baru, Per orang Norwegia. Ini kali pertamanya ke Singapura. Saya ngecek komen facebook sebentar. Terus pamitan ama Herry, temen sekamar saya. Anak2 yang laen masih pada lelap dalam mimpi masing-masing. Termasuk William ma Kazu, temen baik saya. Langsung saya lipat seprei sama sarung bantal, saya kasih ke resepsionis sekalian cabut ( check out ).

Gak lama saya bareng kak Lila naik bus dari halte North Bridge Road ke Vivo City. Dari mall Vivo City kami naik ke lantai 3 menuju konter tiket kapal laut beli tiket ke Batam lewat pelabuhan Batam Centre. Habis itu, kami ke ruang tunggu. Karena saya mau ke Batam dan kak Lila ke Tg. Balai Karimun, kami berpisah disitu.

Jam 11 waktu Singapura saya masuk ke ruang tunggu keberangkatan sendirian. Seperti waktu berangkat kemaren, saya harus masuk ke konter imigrasi dulu, cap paspor dan scan bagasi. Jam 11.45 saya masuk kapal.

Temen sebelah saya cewek berjilbab. Umur 22 taun dari Jakarta. Seorang TKW Indonesia. Dia bilang ke saya dia mau pergi ke Batam karena dikirim majikannya. Bilangnya gini, dia dulunya tergiur kerja di Singapura karena ajakan temannya. Lewat PJTKI, berangkatlah dia ke Singapur. Dia dijanjikan kerja sebagai claning service di apartemen. Ternyata, dia malahan suruh kerja jadi pembantu merangkap baby sitter. Sebelum dia resmi kerja, dia harus lulus yang namanya entry test. Semacam ujian tertulis buat calon pekerja asing.

Masalahnya, dia tiga kali gak lulus enty test dan kata majikannya dia harus “ditraining” dulu di Batam. Entah apa maksud perkataan majikannya. Temennya dulu ada yg pernah 3x gagal entry test dan bilang ke dia jangan mau ditraining di Batam. Pesan itu membekas di hatinya. Perlakuan dia selama di SIngapura juga kurang manusiawi. Sealam dia tinggal dengan majiakn, semua barang, uang, ponsel disimpan sama majikannya. Selain itu dia tiap hari cuma dikasih makan mie instan doang. Makanya doi bawaannya kek orang ngantuk, lemes.

Perjalanan dia ke Batam ini atas biaya majikannya dan katanya nanti ada orang yg menjemput dia sesampainya di pelabuhan Batam Centre. Karena dia gak punya uang sepeserpun, dia membujuk supaya saya mau menampung dia dulu untuk sementara. Saya bilang aja kalo saya ngga punya rumah di Batam dan nggak mungkin bawa dia ke Tanjung Batu.

Akhirnya begitu sampai Batam Centre, saya nukarin sisa uang dollar saya ke rupiah. Terus saya ajakin dia makan di Megamall. Begitu lahap. Saya pinjemin ponsel saya. Dia coba sms dan telpon orang rumah. Gak aktif, sms pun pending. Saya gak bisa berbuat banyak lagi karena saya harus ngantor lagi ke Tanjung Batu.

Terakhir saya bawa doi ke Masjid Raya Batam Centre, saya kasih duit buat hidup beberapa hari di Batam. Saya bilang aja, saya terpaksa gak bisa bantu lagi karena saya harus pulang. Saya bilang aja banyak orang baik di masjid, pasti ada yang akan menolong dia. Lagian Alloh nggak tidur. Dia selalu ada buat menolong hamba yang datang pada-Nya. Sambil saya berharap semoga dia bisa balik ke Jakarta. Amin.


Blogger yang baik meninggalkan jejak berupa komentar :-)