Apa yang Baru di Pekanbaru?

Sudah bertahun-tahun yang lalu saat saya terakhir datang ke Pekanbaru untuk mengikuti pelatihan kantor. Saat itu selepas perhelatan PON. Masih tergambar jelas di ingatan. Saya berpayah-payah kepanasan demi melihat beberapa venue yang sekarang terbengkalai. Sayang….

Waktu bertugas di Tanjung Balai Karimun, saya cukup sering ditugaskan ke kantor wilayah di Pekanbaru. Tak hanya cerita manis perjalanan, di kota ini saya kehilangan salah satu sahabat saya karena sebuah insiden tak terduga. Cerita selengkapnya ada di sini.

Pekanbaru dalam ingatan saya adalah kota dengan jalanan rapi dan gedung-gedung pemerintahan yang megah. Namun, jalanan menuju kota Pekanbaru bisa dibilang tidak terlalu bagus. Udaranya panas. Tempat wisata tidak terlalu banyak. Penduduknya mayoritas Minang.

Dulu banyak angkot di kota ini, sekarang keberadaan mereka bisa dihitung dengan jari. Kalah eksis dengan ojek dan taksi online. Transmetro, angkutan semacam busway masih beroperasi. Namun, masih saja sepi. Mall semakin menjamur, terhitung ada tiga mall baru : Transmart, Lottemart dan Giant.

***

Dari penginapan di kawasan Marpoyan, saya dan Bambang naik transmetro menuju kantor gubernur Riau. Cukup membayar tiket Rp 4.000,- saya sudah bisa menikmati kendaraan umum yang nyaman, dingin dan tidak berdesak-desakan.

Kami turun di halte Menara Dang Merdu yang merupakan kantor pusat bank Riau Kepri. Berjalan sebentar ke arah kantor gubernur Riau. Kantor dengan atap berwarna kuning khas Melayu di sampingnya dibangun gedung baru dengan atap menjulang menyerupai Marina Bay Sands di negeri tetangga.  

kantor gubernur Riau

Persis di depan kantor gubernur dibangun sebuah monumen yang cukup kontroversial bagi masyarakat Riau karena dianggap menodai norma budaya di sana (pernah saya bahas di sini). Namanya tugu Zapin Riau. Karena dianggap blunder, nama monumen ini diubah lagi menjadi tugu km 0 Pekanbaru. Bukan mereda, kontroversi semakin menjadi karena km 0 pekanbaru yang asli sebenarnya berada di kawasan kota lama Pekanbaru di tepi sungai Siak. Bukan di tempat ini.

tugu Zapin

Jelang sore, kami menyeberang ke perpustakaan daerah. Sayang tutup, kami lantas memesan taksi online ke masjid An Nur. Masjid terbesar di Riau berwarna hijau yang memiliki empat menara. Di depan masjid ini terdapat sebuah  kolam memanjang sehingga jika berfoto di dekatnya seolah-olah menyerupai Taj Mahal.

masjid agung Annur

Nuansa warna hijau tak hanya di dinding luar masjid. Hiasan kaca di dalam masjid dan karpet juga berwarna hijau. Keunikan lainnya, tempat mengambil air wudlu berada di taman di luar masjid. 

Seminggu bertugas di Pekanbaru, saya tidak banyak mengeksplorasi tempat wisatanya. Hanya ke museum daerah, eks MTQ nasional yang berisi anjungan kabupaten kota di Riau. Di hari terakhir, saya beserta seorang kawan mengikuti walking tour yang digelar oleh Pekanbaru Heritage Walk (akan saya tulis terpisah).

Kondisi Bandar Seni Raja Ali Haji atau Bandar Serai, sungguh menyedihkan. Banyak rumah adat yang rusak, halaman penuh rumput, sebagian anjungan lagi yaitu anjungan Pekanbaru, Bengkalis, Kepulauan Riau, Batam telah dibongkar menjadi kantor pemerintahan dan gelanggang olahraga.

anjungan Rokan Hilir, Indragiri Hulu, Pelalawan, Indragiri Hilir

Bangunan yang relatif terawat adalah anjung seni Idrus Tintin, sebuah gedung pertunjukan seni yang pernah dipakai sebagai tempat penyelenggaraan Festival Film Indonesia tahun 2007.

Tempat berikutnya yang saya datangi yaitu museum daerah Sang Nila Utama. Satu-satunya museum di kota Pekanbaru. Entah ini kunjungan ketiga atau keempat. Dan surprise, tata letak koleksi, materi koleksi yang dipamerkan 99% sama dengan apa yang saya lihat di kunjungan sebelumnya. Menyedihkan. Yang tampak berubah hanya warna cat dinding luar museum! 


12 respons untuk ‘Apa yang Baru di Pekanbaru?

  1. Riau ini kalau dipikir-pikir termasuk provinsi yang sangat kaya ya. Kalau ga salah itu kantor gubernurnya biayanya 114 milyar. Sangat besar buat ukuran pembangunan jaman dulu, ga heran desainnya sangat futuristik bahkan hingga masa sekarang. Cuma emang masalah kita kebanyakan di kemampuan merawat sih ya. Harusnya kalau ngikut desain, di bagian atas kantornya ada rooftop dengan taman dan pohon-pohon. Tapi ternyata seiiring waktu malah rusak semua dan ujung-ujungnya jadi daag beton doang ahhaha.

    1. Wow, uang 114 Miliar bisa buat nyicil bikin pembukaan Olimpiade 2032 tuh, atau bikin bagus jalan di Riau 🙂

      Salah satu provinsi “berprestasi” 😉 Ketiga kepala daerahnya berturut-turut kena kasus hukum, betul mas dianggarkan banyak dana buat pembangunan tapi minim pemeliharaan… Sebagai rakyat cuma bisa ngelus dada

    1. Udah diedit Gie 🙂

      Karena masih banyak masyarakat menggunakan transportasi privat dan daring, waktu tunggunya sih sebenarnya bentar, sekitar 10 15 menit 🙂 rutenya juga cukup banyak

Tinggalkan Balasan ke Matius Teguh Nugroho Batalkan balasan