Saya bingung ketika mencari referensi makanan khas Bengkulu. Ketika saya bertanya pada Andar, teman saya orang Palembang yang tinggal lama di Bengkulu, jawabannya sungguh absurd : pempek. Masa jauh-jauh ke Bengkulu makannnya pempek :p.
Atas rekomendasi om gugel, datanglah kami ke Sembam Ikan Marola. Rumah makan di tepi Pantai Panjang yang menyediakan masakan khas Bengkulu. Saya tidak ingat dimana lokasi persisnya. Pokoknya belok kiri belok kanan, tidak lama kami sampai di Marola. Sembam Ikan artinya adalah ikan bakar. Kata kasirnya, Marola berarti “orang yang menggantungkan hidupnya dari laut”. Hm..dalam sekali artinya.
Lokasinya tepat di tepi Pantai Panjang. Tempat makannya ada beberapa pondok kecil dan sebuah bangunan paling besar. Sambil menunggu pesanan datang, saya perhatikan banyak sekali foto pejabat dan artis dipasang di dinding. Menandakan kalau tempat ini banyak dikunjungi artis ketika berkunjung ke Bengkulu.
Di beberapa tempat dipasang beberapa ungkapan dalam bahasa Bengkulu. Kalau diperhatikan, kosakata bahasa Bengkulu mirip bahasa Palembang dan Minang. Beberapa kata bahasa Palembang seperti : mano (mana), lemak (enak). Kata-kata yang berasal dari Minang adalah pai (pergi), kecek (ngomong), cacek (cacat). Nah, tau kan arti ungkapan bahasa Bengkulu berikut ini?
Tak lama, pesanan kami datang. Bagar asam dan ikan bakar. Bagar asam adalah masakan khas Bengkulu mirip gulai ikan, tapi tanpa santan. Mirip asam padeh di Padang. Saya lupa jenis ikan apa yang dipakai. Konon, bagar asam adalah makanan favorit Bung Karno ketika diasingkan ke Bengkulu. Rasanya mantap dan segar di lidah. Ikan bakarnya lumayan. Sambal kecapnya pas. Tidak terlalu manis tapi juga tidak terlalu banyak cabai. Datang ke Bengkulu? Cobain bagar asam. Sepiring nasi panas dan bagar asam rasanya dijamin bikin ketagihan! Tambah mantap ditemani es kelapa muda..maknyuss!!
ikan bakarnya terlihat begitu enak..
ya sis, kata orang bengkulu “lamak nian” 😉
aku kok tipe orang yang nggak suka ikan-ikanan ya…padahal gizinya tinggi
aku dulu jaman di kampung ya nggak suka ikan, soale adanya ikan asin, bandeng, pas di sumatera ketemu ikan yg seger2 n masaknya enak 🙂
duh…aku banget…orang kampung yang jaman kecilnya banyakan makan ikan asin hehehe tapi sekarang sih hasil laut tinggal niatnya saja karena yang jualan keliling sudah banyak
hehehe.. sama lah mas, kalo di pegunungan lebih dominan daging apa ayam yak, makanya aku juga nggak suka ikan, kalo disini banyak sungai besar, banyak ikannya… ikan bisa dimacem2in, bikin gulai tempoyak, asam pedas, ikan bakar 🙂
mungkin faktor pengolahan yang itu-itu saja x ya yg bikin bosen..
bisa jadi sih mas hehehehe…
Indonesia memang kaya sekali akan kuliner … baru tahu ada namanya bagar asam …. lihat fotonya jadi ngecesss … glegh
maknyusss
sambil nunggu pesanan diantar pacak jugo baco pantun jenaka, laju tegelak dewek
hehehehe… pandai kak monda bhs bengkulu 🙂
Postingannya mengungkit rasa lapar, Mas. Suka sekali dengan peribahasa lokal. Ungkapan yang ketiga, promosi yang jos dibarengi kerendahhatian ya, ado cacek, kecek kek kami.
hehehe… ya bu, bikin liur menetes yah