Kata bang Arie yang asli Bukittinggi, selain jenjang pernikahan, ada jenjang yang benar-benar ada di dunia ini. Tersebutlah Bukittinggi, kota yang tersusun dari berbagai bukit nan tinggi mengelilingi kota, sesuai dengan nama kotanya : bukit yang tinggi. Sebagai kota perbukitan dan warganya gemar berjalan kaki dari satu tempat ke tempat lain, ada banyak sekali tangga-tangga yang memudahkan pejalan kaki untuk berjalan dari bagian bawah ke atas bukit dan sebaliknya.
Di kota ini dikenal istilah janjang yang bermakna jenjang atau rangkaian anak tangga. Ada beberapa janjang yang cukup dikenal di Bukittinggi. Pertama janjang Gudang dan janjang di Pasar Lereng. Lantas ada janjang Ampek Puluah (40) yang menghubungkan Pasar Atas dengan Pasar Banto. Saya melewati janjang ini dalam perjalanan pulang dari Museum Rumah Kelahiran Bung Hatta menuju Jam Gadang. Janjang berikutnya adalah janjang paling hits di kota ini : janjang Koto Gadang.
Janjang ini diresmikan tahun 2013 oleh Tifatul Sembiring, Menkominfo saat itu yang merupakan putera daerah setempat. Menghubungkan bagian atas ngarai Sianok di Koto Gadang, wilayah kabupaten Agam dengan bagian bawah ngarai yang masuk wilayah kota Bukittinggi. Dengan arsitektur menyerupai tembok Cina, janjang Koto Gadang digadang-gadang menjadi objek wisata baru di Bukittinggi.
Dari penginapan di kawasan Belakang Balok, kami naik angkot jurusan Jam Gadang lantas turun di pasar setelah Taman Panorama. Dari pasar menuju janjang rupanya masih cukup jauh, sekitar dua puluh menit berjalan kaki. Rupanya, saya salah turun. Harusnya saya turun di Taman Panorama, masuk ke Lobang Jepang lalu lanjut ke janjang Koto Gadang. Karena saya turun di pasar, saya harus memutari Taman Panorama baru menuju janjang Koto Gadang. Bukan sebuah keputusan yang salah sebenarnya. Saya justru bisa menyaksikan relief terciptanya Lobang Jepang sekaligus melihat langsung kondisi pintu-pintu yang dulunya dibangun ke arah Lobang Jepang.
Janjang Koto Gadang rupanya masih amat jauh. Namun, hati saya cukup terhibur melihat panorama sawah luas dilingkung perbukitan di sekitar Ngarai Sianok. Akhirnya saya menyerah. Saya terengah-engah menapaki jalan semen tak berujung di depan saya. Namun, demi mencapai tangga yang konon mirip tembok Cina dan panorama Ngarai Sianok, semangat saya muncul lagi. Kali ini sambil menggendong anak, saya berjalan lebih perlahan. Saya hirup dalam-dalam udara pagi kota Bukittinggi sambil berharap segera bertemu dengan panorama Ngarai Sianok.
jalan semen tak berujung
dangau di tengah sawah
Ngarai Sianok
Setelah melintasi jembatan gantung, baru kami berjumpa dengan janjang Koto Gadang. Mirip memang dengan tembok Cina, tetapi versi lebih mini. Kami tak sampai ke Koto Gadang, karena kecapekan naik turun tangga, kami putuskan balik kanan. Tak usah takut kelaparan dan kehausan. Di sepanjang perjalanan banyak ditemukan pedagang makanan dan minuman.
jalan naik turun di Janjang Koto Gadang
Tips berkunjung ke Janjang Koto Gadang :
1. Untuk lebih menghemat tenaga, turun di Taman Panorama dilanjutkan masuk ke Lobang Jepang.
2. Persiapkan alas kaki yang nyaman, pakai sepatu, jangan high-heels.
3. Bawa air minum yang cukup.
4. Dari Koto Gadang ke Bukittinggi tersedia angkot.
Referensi : https://ariesadhar.com/2015/01/25/18-alasan-kamu-harus-datang-ke-bukittinggi/
Wah.. mantabs.. Kalau singgah ke Agam lagi, jangan lupa kabarin saya bang Djangki.. Kebetulan saya orang Agam asli dan saya akan kasih tau lokasi-lokasi wisata mantab di Kab. Agam yang belum terekspose..
Salam kenal.. 🙂
salam kenal uda RAF, makasih udah singgah di blog saya, insyaalloh kesana lagi saya kabari deh.. boleh minta no.kontak yg bisa dihubungi? kirim lewat email ya da…
Saya ga tau kirim ke email mana.. Ini email saya : ayahraaifa@gmail.com 🙂
siap.. saya kirim email sekarang 🙂
Ada satu lagi… Janjang 1000..
barusan gugling, janjang 1000 yang di koto gadang yah ? dan uniknya janjang koto gadang di wilayah bukittinggi… hehe
penasaran dengan janjang koto gadang ini…
pas nyampe situ hujan lebat pulak……,
Berarti datang lagi ke Bukit Mba Monda…
Konon katanya sekarang di ngarai dibuat teras atau jalan selebar 1 m yang menggantung di dinding ngarai
wah kayak apa tuh bentuknya kak first ?
belum taujuga… tapi semacam jalan yang dibuat menggantung di diatas tebing ngarai
link ke blog ariesadhar ? bisa dibuka kok, direload aja 🙂
link polldaddy dot com itu yg aku maksud
gak tau kak knp bisa muncul -_-
Itu link apa? Aku buka kok isinya huruf2 gitu aja ya?
link yang mana yah?
ke bukittinggi emang nggak cukup sekali ya kak? saya aja masih pengen kesana lagi …
Aku jadi inget goa Jepang di Bandung…. Agak mirip pintu masuk gua nya tapi kalo bagian luarnya sih jelas bedaaaaa ^_^
sama2 goa Jepang, saya belum pernah yang di goa jepang bandung mbak 🙂
Aku malah penasaran sama lubang-lubang nggak terawat di pinggir jalan raya itu. Apakah sudah buntu atau masih berujung ke suatu tempat di dalam sana…
banyak yang buntu mas, tp ada 1 yg dibuka mas, yg ada tulisannya “lobang jepang” itu 🙂