Blusukan Gereja Blenduk

 Dari Lawang Sewu kami naik angkot menuju kawasan Kota Lama, kota tua ala Semarang. Merupakan pusat pemerintahan dan perdagangan kota Semarang pada zaman dulu. Tepatnya sat penjajahan VOC. Banyak gedung tua berusia ratusan tahun disini. Kota Lama pernah dipakai sebagai tempat syuting film laris Ayat Ayat Cinta.

Indra di salah satu sudut Kota Lama

Banyak gedung dengan kondisi memprihatinkan. Lumutan dan lapuk dimakan usia. Sepi ditinggalkan penghuninya. Beberapa gedung hanya dipakai sebagai gudang atau malah ditinggalkan pemiliknya begitu saja.

Namun, beberapa gedung masih berdiri dengan kokoh serta terawat. Salah satunya gedung kantor asuransi Jiwasraya di bawah ini. Sangat anggun dipandang mata.

Berjalan tidak beberapa jauh, kami sampai di gereja Blenduk. Gereja tertua di Jawa Tengah. Dinamai blenduk oleh orang Jawa karena bentuknya yang menonjol (blenduk). Dibangun tahun 1753 dengan nama Gereja Hindia Belanda. Masih dipakai sampai sekarang dengan nama Gereja Protestan Indonesia Barat Imanuel.

    

Gereja ini tidak dibuka untuk wisatawan dan hanya dibuka saat ada ibadah. Kami hanay bisa berkeliling mengabadikan keindahan landmark Kota Lama ini.

Tidak jauh dari gereja kami menemukan penjual es durian. Panas sinar matahari Semarang yang terik membuat kami tergoda untuk mencicipinya. Semangkuk es durian ini dihargai tujuh belas ribu. Cukup mahal. Namun, es durian ini ajib sekali dinikmati saat terik di kota Semarang .


8 respons untuk ‘Blusukan Gereja Blenduk

  1. Semangat mbak, kalo gugling di internet kuburan yg di kalibanteng n candi mirip kuburan2 di eropa yg saliiib semua .. kuburan yg di jakarta minta ijinnya ke yayasan di jkt, kalo yg di semarang gak tau deh 🙂

  2. Ada begitu banyak bangunan bersejarah di kota Semarang yang tidak terawat. Tidak jelas kepemilikannya, dan oleh karena itu mungkin tidak bisa dijamah dan diselamatkan siapa pun. Masalah kepemilikan dan dana selalu menjadi kendala, padahal di atas itu seharusnya suara hati dan ketulusan hati menjadi pemegang kendali atas manusia. Seharusnya sudah menjadi kewajiban manusia untuk melestarikan apa yang nenek moyang mereka dulu wariskan pada mereka, menjaga apa yang pernah membentuk diri kita di masa lalu, mengingat dari mana dan bagaimana kita berasal, terbentuk.

    Kota Lama, Semarang sesungguhnya adalah warisan yang luar biasa. Di balik segala bangunan bersejarah (yg beberapa memang masih terawat baik), sebenarnya lebih banyak yg tidak dalam kondisi baik dan terancam roboh. Apa yang terjadi dengan dinas pariwisata di Semarang? Ke mana objek2 wisata yang menjadi andalan kita? Seharusnya Kota Lama adalah salah satu andalan kita dalam pariwisata. Beberapa orang bahkan menganggapnya ‘icon’ Semarang selain Simpang Lima dan Tugu Muda.

    Saya berharap ada sejumlah oknum pemerintah yang membaca blog anda dan komentar saya agar melakukan pekerjaan yang seharusnya mereka kerjakan 🙂

    Terima kasih atas ulasannya… Saya cinta Kota Lama.

    1. jangankan di semarang, di ibukota negaranya aja kota tua cuma jadi pajangan tanpa mau dilestarikan .. sedih mbak

      terimakasih atas masukannya mbak, apalagi suara mbak mewakili suara sebagian warga kota semarang .. silakan share blog saya ke pemko semarang / pemprov jawa tengah jika dirasa bermanfaat 🙂

        1. mungkin pemko / pemprov punya twitter ? atau di kotak saran websitenya mbak .. makasih

          hobi blusukan ke situs2 sejarah juga ya?
          saya pengen ke kuburan belanda / ereveled di kalibanteng dan candi, tp katanya harus ijin dulu ke yayasan apaa gitu *lupa

          1. Saya pecinta sejarah, bisa dibilang begitu hehehe… Kalau blusukan, saya jarang. Keseharian saya kerja sih, kalau ngga kerja, saya juga urus keluarga dan lebih suka baca atau nulis di rumah hehehe… Oh, kalau kuburan Belanda sepertinya memang harus ijin tapi saya kurang tahu ke mana. Mungkin apa ke Kedutaan Belanda? Barangkali begitu, karena kuburan Belanda tersebut masih dibiayai pemeliharaannya oleh pihak Belanda. Mungkin sebagai langkah awal bisa tanya sama yg jaga kuburan. Pasti ada 🙂

            Saya tidak punya Twitter, ga suka :p Saya lebih suka facebook. Mgkn cari dinas pariwisata atau sejenisnya ya… Ntar browsing2 deh 😀

Tinggalkan Balasan ke isna saragih Batalkan balasan